14 Mar 2011

jumat, 22 oktober 2010

-->
pagi itu Jumat, 22 Oktober 2010. Ia di telepon kakaknya,
# : ‘Assalamualaikum, lagi apa kamu?’
+ : ‘Waalaikumsalam, lagi review catatan, ada kuis jam 1. Ibu mana kak? Keadaannya gimana?’
# : ‘ibu tidur. oh yasudah.. kakak Cuma mau tanya itu saja, baik-baik yah disana, Assalamualaikum’
+ : ‘hah?? Iya kak, Waalaikumsalam’
Lagi-lagi ia tidak bisa mendengar suara ibunya, sudah hampir 1 bulan lamanya. Iya, ia melanjutkan kuliah di luar kota, jauh dari keluarga. Yang ia tahu ibunya sakit. Terkadang ia kesal bukan main. ‘Sakit? Sakit hingga tidak bisa bicara sama anaknya sendiri? Sekedar say hello??!’ sungguh ia merindukan ibunya, ia ingin mendengar suaranya.
Tiba-tiba beberapa saat kemudian, abang nya meneleponnya,
# : ‘lagi dimana?’
+ : ‘di kos bang, kenapa?’
# : ‘ada siapa saja?’
+ : ‘hah?? Di kamar Cuma ada saya sendiri. Kenapa abang?’
# : ‘kamu yang kuat yah, ibu sudah pergi’
+ : ‘pergi??’ Seketika ia teriak.
# : ‘dengar ya.. ikhlaskanlah, ibu sudah senang kelihatannya pas mendengar suaramu ketika di telepon pertama tadi. hari ini hari jumat, hari baik untuknya pergi. Nanti abang kirim uang tiket. Kamu pulang.’
Ia sudah tidak bisa berkata banyak lagi, yang ada di pikirannya, apa ia bisa tiba disana tepat waktu? Apa ia bisa melihat dan mencium ibu untuk terakhir kalinya? Apa ia bisa ikut mengantarkan ibu ke pemakaman?, karena yang ia tahu pesawat ke tempatnya Cuma ada jam 6 pagi dan sore sedangkan ibunya akan dimakamkan habis ashar. Ternyata apa yang ia duga, benar. Ia tidak bisa tiba tepat waktu. Ia mendapat tiket untuk esok harinya. Ia sudah hampir gila. Ia tidak bisa mencium ibunya untuk terakhir kalinya.
Setibanya di kota itu, ia di jemput bapak, abang serta keponakannya. Ia hanya bisa menangis dan menangis melihat mereka terlebih ketika ia sampai di rumah dan mengetahui ternyata selama sebulan ini ibu sakit nya parah, penyakit diabetesnya semakin parah ketika ada luka dikakinya. 2 minggu yang lalu ketika ibu masuk RS, ternyata bukan semakin membaik malah semakin memburuk, kaki ibu terancam di amputasi, namun dari pihak keluarga tak mengizinkannya dan malah memilih untuk memulangkan ibu dan mengobatinya sendiri saja di rumah. Di rumah, ia juga melihat popok dan kursi roda ibu, hatinya semakin sakit, ya Alloh, kenapa ia tidak pernah mengetahui semua ini, ternyata ibunya berjuang keras melawan penyakitnya. Baginya hal seperti ini tidak untuk dirahasiakan, kenapa keluarganya melakukan itu.
***
kau selalu ada
bila aku sakit, aku menangis, dan saat aku jatuh.

ibu, tahukah kamu,
aku senang memandangmu saat tidur,
karena tampak jelas kamu melepas lelahmu.
Terima kasih bu,
Sudah sabar merawat kami,
membesarkan kami.

Ibu.. hanya doa yang bisa ku persembahkan
karena jasamu, tiada terbalas
aku mencintaimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar